BERITAEntertainmentKREATIFTravel

Baju Kain Perca, Seni Daur Ulang Busana

MAJALENGKA – MacaKata.com – Baju-baju usang namun masih layak pakai dimodifikasi. Dikombinasikan. Dijahit ulang.

Hasilnya, busana dari dua atau tiga pakaian baju-baju itu, terlihat lebih baru. Eksotis juga elegan.

Baju-baju yang dinilai telah usang namun masih layak pakai, dimodifikasi ulang, dijahit menggunakan tangan dan jarum.

Busana pakaian tersebut terlihat lebih estetika dan punya nilai seni elegan. Bahkan, jika dikenakan (dipakai) pada orang dengan body yang oke, maka baju yang diberi nama Kain Perca ini terlihat modis pada orang tersebut.

Namanya, Kain Perca Majalengka. Dibuat dan diciptakan oleh seorang ‎seniman Perupa Majalengka, Ayank Rusmayanti.

Sementara, model Kain Perca berbahan denim dengan motif ada lingkaran di sejumlah bagian titik secara teratur‎ itu, tampak elegan dan cantik dikenakan oleh seorang model bernama Tiara Luna, 20 tahun. Terlihat unik namun manis.

Busana atasan maupun bawahannya yang berbahan denim itu, terlihat sangat serasi ketika dikenakan oleh Tiara Luna.

“Dipakainya, nyaman. Modis. Bahannya memang daur ulang, tapi ini sudah steril karena udah melalui proses pencucian,” ungkap mahasiswi semester tiga di sebuah universitas di Bandung.

Tiara kerap mengikuti ajang pameran seperti yang ia laksanakan pada acara pembukaan Kedai Kasungka di Taman Bagja Raharja Majalengka. Ia sendiri merupakan sosok yang menekuni dunia melukis.

“Kebetulan saya suka melukis juga. Saya warga Majalengka, cuma kuliah di Bandung. Saya mendukung ada banyak kreatifitas di Majalengka, termasuk Kain Perca ini,” ujar Tiara Luna, Selasa, 30 Agustus 2022.

Masih di tempat yang sama, pencipta atau penggagas Busana Kain Perca Majalengka, Ayank Rusmayanti mengatakan, saat ini koleksi Kain Perca ciptaannya itu memang masih di bawah sepuluh koleksi.

“Satu busana Kain Perca itu kadang selesai dibuat dua mingguan. Saat ini baru punya tujuh koleksi. Salah satunya yang dikenakan oleh Tiara,” ujarnya.

Ayank menambahkan, Busana Kain Perca merupakan proses kolaborasi yang memanfaatkan baju-baju yang dibiarkan di lemari, namun masih layak pakai.

“Kain yang satu dipadupadankan dengan kain lainnya, jadilah Busana Kain Perca. Untuk harga satu koleksi, tidak ada banderol harga, itu harganya dinilai dari estetika seni, harganya itu bernilai seni, karena dibuat dengan kesungguhan hati. ‎Tanpa mesin. Murni jahitan tangan. Handmade,” ujarnya. (Acil)

Comment here