BERITAPENDIDIKAN

Bawaslu Majalengka Ajak Pemuda Berpartisipasi Aktif Awasi Pemilu

Penulis : Herik Diana

MAJALENGKA – macakata.com – Pembahasan tentang kampanye bagi-bagi uang‎ yang seringkali dinamakan dengan istilah “Money politic” atau politik uang, rupanya masih terjadi di lingkungan masyarakat terutama ketika musim kampanye menjelang pencoblosan pemilihan umum.

Oleh karenanya, Bawaslu Majalengka, Jawa Barat, mengajak para pemuda dan pemudi untuk tidak Tergiur pada calon pemimpin yang selalu mengandalkan uang untuk kemenangannya. Calon pemimpin visioner yakni yang membangun visi misi tanpa harus bermain politik uang.

Menanggapi hal itu, Bawaslu Majalengka mengadakan sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman kepemiluan terhadap kalangan pemuda. Bawaslu Majalengka melaksanakan sosialisasi pengawasan partisipatif pemilu kepada Organisasi Kepemudaan (OKP) dan Karang Taruna, yang dipusatkan di Aula Gedung STIE STMY Majalengka.

Empat organisasi kepemudaan yaitu Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiwa Muhammadiyah (IMM) dan Karang Taruna Kabupaten Majalengka sebagai peserta dalam kegiatan tersebut ikut meramaikan dan berlangsung aktif tanya jawab.

Ketua Bawaslu Kabupaten Majalengka, H. Agus Asri Sabana menjelaskan, sebagai generasi penerus bangsa yang kritis dan penuh kajian, maka para mahasiswa harus mampu untuk menjadi pembeda. Pemuda Majalengka diharapkan lebih aktif lagi dalam berpesan juga melakukan pengawasan partisipatif dan disampaikan kembali kepada masyarakat bawah.

“Organisasi Pemuda yang kami hadirkan hari ini adalah representasi dari seluruh Pemuda di Kabupaten Majalengka, kami berharap bahwa pesan kepemiluan sampai ke seluruh lapisan kader paling bawah, kami yakin semua punya kader dan struktur sampai lapisan bawah. Sampaikan oleh kalian, bahwa pemimpin yang visioner menjauhi politik uang,” ungkapnya, Jumat, 16 September 2022.

Agus menambahkan, ‎berdasarkan hasil survey lembaga terpercaya, saat ini masyarakat Majalengka masih apriori terhadap money politi atau politik uang. Terpilihnya seorang pemimpin kebanyakan karena hasil bagi-bagi uang atau politik uang yang dimainkan para calon pemimpin.

“Lagi-lagi politik uang atau money politic terjadi di berbagai daerah. Sebagai Bawaslu, kita punya tim petugas yang mengawasi, namun soal politik uang ini, dalam setiap laporannya kurang cukup bukti dan saksi. Nah, dengan adanya para pemuda diharapkan, partisipasi aktif mengawasi politik uang ini mungkin bisa dicegah.  Jika faktor kemenangan adalah uang, lalu kapan orang visioner yang punya ide dan gagasan bagus mendapat kesempatan?” ujar Ketua Bawaslu bertanya secara retoris.

Hal senada disampaikan oleh Anggota Bawaslu Provinsi Jawa Barat, Zaki Hilmi menyampaikan  peran pemuda dalam pengawasan pemilu 2024 mendatang diharapkan lebih aktif untuk melakukan pengawasan. ‎Peran pemuda lebih fleksibel dan leluasa untuk menyuarakan anti politik uang.

“Peran pemuda dalam mengawasi bisa dilakukan di lingkungan terdekatnya, seperti mecegah terjadinya praktek politik uang pada keluarga dan tetangga. Juga pada saudara-saudaranya. Ini penting, karena para pemuda adalah pemimpin masa depan. Masa yang akan datang akan dipimpin oleh generasi penerus saat ini,” ungkapnya.

Zaki menambahkan, ‎saat ini rekor pemilih terbesar di Indonesia masih dipegang dan berada di tangan Provinsi Jawa Barat. Mayoritas pemilih terbanyak adanya di Jawa Barat. Oleh karena itu, warga Jawa Barat harus menjadi pemilih yang bertanggungjawab dengan cara menggunakan hak pilih dan menjadi pemilih yang objektif.

“Hilangkan jauh-jauh godaan terhadap politik uang. Masa depan pemimpin ada di tangan anak-anak muda masa kini. Pemilih yang baik adalah yang mempertimbangkan visi misi calon pemimpinnya, untuk kemudian dipilih secara obyektif.

Sementara itu, Ketua BPH Yawina Yabunas, H. Sudibyo menyampaikan kesuksesan Pemilu merupakan pekerjaan rumah semua pihak. Bukan hanya Bawaslu, namun kalangan akademisi dan mahasiswa juga harus terlibat untuk mensukseskan pemilu yang aman damai dan jauh dari politik uang.

“Penanganan kerawanan pemilu mempunyai dua cara. Yang pertama adalah antisipasi, bagaimana cara agar pemilu berjalan dengan baik tanpa money politic atau politik uang.  Yang kedua, Bawaslu sebagai salah satu institusi harus menyelamatkan suara rakyat, jangan sampai ada pembiaran suara rakyat dihalangi oleh hal yang bersifat intimidasi, ancaman, dan tekanan lainnya,” ujarnya.

Terpisah, Tokoh Pemuda Jawa Barat sekaligus Advocat, H. Indra Sudrajat mengatakan pihaknya merumuskan bahwa ada dua macam racun pemilu.

Bentuk Racun pertama adalah money politic atau politik uang. Politik uang ini yakni, kondisi masyarakat yang pragmatis menjadi alasan kenapa mau memilih harus ada uangnya.

“Kedua adalah Politik Identitas, karena yang dibangun adalah sebuah fanatisme yang menghasilkan saling hujat. Problem atau isu tersebut selalu membawa semangat perbedaan, dalam perbedaan juga harus kita antisipasi jangan sampai terulang Istilah penyebutan “Cebong dan Kampret” itu semua sudah berlalu,” ujar tokoh pemuda Jawa Barat. (*)

Comment here