BUDAYALifestylePENDIDIKAN

Rumah Baca Lebah Madu Majalengka

MAJALENGKA – macakata.com- Sebagai orangtua yang ingin melihat anaknya tumbuh lebih baik, juga tidak mau kecanduan ponsel, Ahmad Yanto mulai membuka komunitas rumah baca di tempat tinggalnya.

Rumahnya tidak terlalu jauh dari pusat kota Majalengka, Jawa Barat. Rumah baca yang dikelolanya bernama Rumah Baca Lebah Madu. Berdiri pada April tahun 2019 lalu. Tujuannya sebagai upaya menarik aktivitas anak-anak, agar tidak ketergantungan pada smartphone atau ponsel cerdas, yang saat ini keberadaannya nyaris tak bisa lepas dari aktivitas keseharian kita.

Pengelola Ahmad Yanto, atau akrab disapa Kang Yayan mengatakan, awalnya ia hanya prihatin melihat anaknya yang sering memegang hape/ponsel. Sehingga untuk mengalihkannya, ia mengarahkan untuk mengajaknya baca-baca buku.

“Hanya saja, baca buku itu susah sekali untuk mengajaknya. Saya tidak hanya menyuruh, tapi memberikan contoh baca buku. Tapi yang namanya anak itu susah banget diajaknya. Kemudian, saya mulai mengajak teman-teman anak saya yang seumurannya, akhirnya dia mau baca buku, karena teman-temannya juga baca buku,” ujarnya saat ditemui di Rumah Baca Lebah Madu, Sabtu, 17 September 2022.

Kang Yayan menambahkan, aktivitas membaca buku bersama anak-anak yang rata rata di atas lima tahun dan anak-anak sekolah dasar itu, kemudian mendapatkan respon positif dari berbagai kalangan. Ia pun mendapatkan banyak sumbangan buku gratis. Ia pajang di sudut bagian rumah tengah di tempat tinggalnya ‎di Lingkungan Sukajaya Kelurahan Cijati Kecamatan/Kabupaten Majalengka. Nama Lebah Madu berfilosofi suka berpetualangan dan suka menebar kebaikan.

“Gampang-gampang susah untuk mengajak anak atau remaja untuk bisa berkumpul dan baca buku. Untungnya jika ada giat autbond atau aktivitas di luar ruangan, anak anak suka saya ajak, dan mereka mau. Setelah itu, saya sebarkan buku ke tangan anak-anak, mereka pun akhirnya membaca buku, sejenak melupakan hape,” ungkapnya.

Pengelola Rumah Baca Lebah Madu lainnya, Onih Sulaesih mengatakan saat ini jumlah koleksi buku yang ada di Rumah Baca Lebah Madu di kisaran 600 -an buku dengan berbagai judul dan genre. ‎Genre bacaannya seperti novel, buku biografi, sejarah, bilogi, majalah dan ilmu pengetahuan umum lainnya ada di rumah baca lebah madu ini.

“Alhamdulillah, banyak donatur penyumbang buku. Awalnya kita hanya punya sedikit. Sekarang mah sudah ada 600 -an buku,” ungkapnya.

Onih menambahkan, saat ini ‎program Rumah Baca Lebah Madu ini lebih pada giat autbond atau aktivitas di luar ruangan. Sambil terus menanamkan aktivitas pentingnya membaca buku. Hape atau Ponsel yang ada saat ini memang sangat membantu pekerjaan. Hanya saja, perlu dipikirkan tentang batasan-batasannya.

“Yang terpenting jangan sampai, anak-anak kita ‎kecanduan hape/ponsel, kecanduan game online, sehingga lupa pada semuanya. Kadang lupa makan dan minum, itu kan sangat berbahaya. Makanya perlu ada aktivitas lain, salah satunya baca buku, rekreasi yang penuh edukatif, sambil mengenalkan buku-buku referensi mengenai apapun dalam setiap obrolan ketika berkumpul sama anak-anak,” ungkapnya.

Hal senada diungkapkan Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat (Forum TBM) Kabupaten Majalengka, Herik Diana didampingi sekretaris Forum TBM, Tata Irawan mengatakan ‎perpustakaan atau rumah baca, atau apapun nomenklatur nama komunitas literasi itu masuk dalam kategori Taman Bacaan Masyarakat.

“Pengelola rumah baca ini sifatnya relawan, karena yang namanya mengenalkan buku atau mengenalkan bacaan itu sangat penting kepada anak-anak. Memang betul bahwa anak-anak kita sudah belajar di sekolah, tapi alangkah baiknya ketika di rumah pun, kita sebagai orangtuanya tetap mendidik dan mengenalkan pentingnya bacaan berbentuk buku. Buku tak tergantikan oleh hape atau ponsel. Buku itu lebih fokus dan enak dibaca,” ujarnya.

Herik menambahkan, buku atau bacaan tak bisa digantikan oleh hape/ponsel cerdas yang selama ini sering dipegang setiap menit. Ponsel yang dibuka dan diaktifkan terlalu silau dan membuat mata menyipit, ketika membaca suatu informasi atau menonton video.

“Nah, di sinilah pentingnya aktivitas membaca buku. Bacaan yang tercetak saat ini memang mahal harganya. Tapi kabar baiknya adalah, nyaris semua hal yang berkaitan dengan sejarah, referensi ilmiah, akan lebih mudah dibaca dalam bentuk buku. Bacaan yang tercetak tidak terganggu oleh mension dan notifikasi-notifikasi atau pemberitahuan pesan masuk. Jadi lebih fokus untuk memahami ilmu dan informasi penting. Ini perlu dikenalkan pada anak-anak sebagai penerus bangsa,” ungkapnya. (*

Comment here