Oleh : ApotsuM-
MACA – Kita sudah tahu kan “Sandwich“ nama roti himpit atau roti lapis di tengah-tengahnya terhimpit daging dan sayuran, keju dicampur mayones. Nama sandwich sendiri diambil dari nama John Montagu, 4th Earl of Sandwich, seorang aristokrat Inggris abad ke-18 yang merupakan penggemar main kartu kelas berat. Earl of Sandwich IV ingin terus bermain kartu tanpa harus berhenti untuk makan, sehingga daging yang dijepit dua potong roti dijadikan makanan praktis yang bisa dimakan dengan sebelah tangan sambil bermain kartu.
Generasi Sandwich sengaja diangkat ke permukaan seiring dengan fenomena sosiologis di tengah-tengah masyarakat beban hidup yang menghimpit harus merawat kedua orang tua dan biaya anak-anaknya, istilah Generasi Sandwich pertama kali muncul tahun 1981 oleh Prof. Dorothy A. Miller dari Universitas Kentucky Lexington, Amerika Serikat. Makna dari Generasi Sandwich sendiri adalah generasi orang dewasa yang harus menanggung 3 generasi yaitu orang tuanya, keluarganya sendiri, dan anak-anaknya.
Di kalangan Barat generasi ini dipandang sebagai generasi yang menghawatirkan, gambaran generasi ini dilukiskan dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan harus membiayai hidup kedua orang tuanya, adik-adiknya yang masih sekolah dan tiba-tiba semua pendapatan bulanan itu habis. Pada saat yang sama harus menafkahi keluarga kecil yang mulai kamu bangun tentunya membutuhkan biaya yang begitu besar untuk pendidikan, kesehatan, sandang, pangan dan lain-lain.
Allah menjadikan Islam sebagai agama yang sempurna Kamil wa Syamil telah memberikan solusi terhadap berbagai persoalan hidup yang dihadapi umatnya, sampai kepada urusan ke kamar belakang pun sudah diatur sedemikian rupa apalagi persoalan kehidupan perekonomian ummatnya. Islam memberi pedoman menyangkut kebutuhan hidup dan keberlangsungan kehidupan di muka bumi yang adil dan merata, di antaranya menyikapi beban yang ditanggung generasi sandwich dalam menanggung hajat hidup dua generasi, generasi orang tua dan generasi anak-anaknya.
Dalam Islam menanggung beban keluarga disebut dengan bersedekah kepada kerabat dan memiliki keutaamaan yang sangat besar di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yaitu diganjar dengan pahala bersedekah sekaligus menyambung silaturrahim (hubungan kekerabatan), hubungan kekerabatan yang dimaksud di sini adalah orang tua, istri, dan anak dalam tanggungannya, sebagaimana hadist dari Salman bin Amir Radhiyallahu ‘Anhu Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya sedekah kepada orang miskin pahalanya satu sedekah, sedangkan sedekah kepada kerabat pahalanya dua; pahala sedekah dan pahala menjalin hubungan kekerabatan.” (HR. An-Nasai No. 2583, Tirmidzi No. 658, Ibnu Majah No. 1844).
Al-Qadhi Abu Syuja dalam Tuasikal (2018) menjelaskan bahwa seorang anak wajib menafkahi orang tuanya jika terpenuhi syarat bahwa orang tuanya dalam keadaan miskin dan tidak mampu lagi mencari nafkah. Atau orang tuanya dalam keadaan miskin dan hilang akal sehatnya, sedangkan nafkah kepada anak menjadi wajib jika memenuhi syarat jika anak tersebut masih kecil (belum baligh) dan miskin; miskin dan belum kuat bekerja; serta miskin dan hilang akal sehatnya.
Nafkah kepada orang tua merupakan salah satu di antara bentuk birrul walidain kepada mereka terutama apabila mereka telah berusia lanjut, maka semestinya tidaklah dianggap sebagai sebuah beban melainkan sebuah kesempatan berharga nan langka yang tidak semua orang diberi kesempatan meraihnya. Jawas (2020) mengungkapkan bahwa banyak hadits yang menunjukkan kerugian yang dialami orang yang tidak berbakti kepada orang tua terutama saat mereka masih berada di sisi kita dan telah mencapai usia lanjut, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu Nabi SAW bersabda,
“Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk syurga”. (HR. Muslim No. 2551 dan HR. Ahmad 2: 254, 346).
Hakim (2019) menguraikan bahwa pemenuhan nafkah keluarga merupakan kewajiban dan sebaliknya ia berdoa jika meninggalkan kewajibannya tersebut, selain itu nafkah ini juga bernilai sedekah di sisi Allah Rabbul Alamin bahkan merupakan sebaik-baik harta yang diinfakkan seorang kepala keluarga, sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
”sesuatu apa pun yang engkau berikan sebagai makanan kepada dirimu, maka itu merupakan sedekah. Demikian pula yang Engkau berikan sebagai makanan kepada anakmu, istrimu, bahkan kepada budakmu, itu semua merupakan sedekah” (HR. Ahmad no. 17179),
atau dalam redaksi yang lain disebutkan bahwa dinar yang engkau infaqkan di jalan Allah (perang), dinar yang engkau infaqkan untuk membebaskan seorang budak, dinar yang Engkau sedekahkan kepada orang miskin, dan dinar yang engkau infaqkan untuk keluargamu, yang paling besar pahalanya adalah infaq yang engkau berikan kepada keluargamu (HR. Muslim no. 995).
Konsep Generasi Sandwich yang ditawarkan oleh Barat berbeda dengan konsep yang yang dijelaskan dalam Islam. Islam lebih memberikan pencerahan kepada umatnya bahwa merawat kedua orang tua adalah kewajiban bahkan termasuk pahala Birrul Walidain dan menafkahi keluarga dan anak-anaknya merupakan kewajiban yang pahalanya sangat besar.
Wallohu a’lam
STID Albiruni Cirebon
22 Januari 2023
Comment here