OPINITravelUncategorized

Hari Jalan Kaki Nasional

Oleh : Apotsum

MACA – Tidak banyak orang yang tahu bahwa tanggal 22 Januari adalah Hari Pejalan Kaki, tulisan terkait dengan hal itu pernah kami tulis pada  tanggal 17 April 2022 dengan judul Filosofi Jalan Kaki dengan tujuan betapa mirisnya kebiasaan jalan kaki hampir-hampir hilang misalkan untuk keperluan belanja ke minimarket yang jaraknya hanya 20 meter harus berkendaraan sepeda motor, mengantar anak ke sekolah juga sama harus menggunakan kendaraan bermotor. Gaya hidup manusia jalan kaki sudah tergantikan dengan mesin, tidak heran kalau sekarang muncul istilah Kaum Rebahan.

Kesibukan dan pekerjaan yang menuntut hingga harus memaksakan berkendaraan roda dua bahkan roda empat bisa menimbulkan permasalahan baru yaitu kemacetan di jalan raya, polusi udara, dan semakin menipisnya bahan bakar minyak (BBM) hingga harus berpikir ulang bagaimana manusia bisa menemukan pengganti BBM untuk kehidupan anak cucu kita nanti.

Untuk para pejalan kaki pemerintah sudah membangun jalan trotoar agar masyarakat bisa menggunakannya. Di saat pemerintah membangun jalan trotoar bagi pejalan kaki lagi-lagi memunculkan persoalan baru, hak para pejalan kaki direbut dengan bermunculannya para pedagang kaki lima membuka lapak di atas jalan trotoar.

Pentingnya hari Hari Pejalan Kaki sangat baik buat kesehatan, otot jadi kuat, badan jadi bugar, olah raga gratis dan lain-lain. Adapun hari pejalan kaki itu sendiri bermula dari peristiwa yang sangat tragis kecelakaan mobil menabrak 12 orang pejalan kaki, sebanyak 9 orang korban tabrak lari tersebut meninggal dunia. Peristiwa itulah yang mendasari penetapan tanggal 22 Januari sebagai hari Pejalan Kaki Nasional.

Oleh karena itu, Hari Pejalan Kaki Nasional diperingati untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat dan pemerintah bahwa penting dalam menciptakan ruang aman dan nyaman bagi pejalan kaki. Gerakan ini diperlukan untuk mendukung hak-hak seluruh pejalan kaki yang sama pentingnya dengan pengguna jalan lainnya.

Orang tua dahulu adalah pejalan kaki hebat bahkan manusia pertama  Nabi Adam alayhissalam bersama Hawa. Setelah dipindahkan ke bumi, mereka berjalan kaki menempuh banyak daerah yang jauh, hingga sampai ke bukit cinta Arafat di Hijaz. Kini puncaknya menjadi tempat para jomblo menempelkan fotonya dengan harapan Allah akan segera mempertemukan jodoh mereka.

Dari Arafah, Adam dan Hawa berjalan kaki hingga ke Muzdalifah untuk beristirahat sejenak. Kemudian melanjutkan langkah kaki menuju Ka’bah untuk tawaf, dan seterusnya hingga dijadikan bentuk  perjalanan ibadah haji di kemudian hari.

Sokrates dikisahkan gemar berjalan pada pagi hari di sekitar Agora atau area perkumpulan masyarakat. Plato (427 SM – 347 SM) berjalan kaki mondar mandir saat mengajarkan filsafat kepada muridnya. Aristoteles (384-322 SM) berjalan kaki bersama para muridnya sambil menerangkan dewa dewi, alam, dan kehidupan, sehingga membuat kagum orang-orang sekitar.

Karena sambil berjalan kaki, filsafat Yunani kerap disebut filsafat paripatetik. Tradisi Islam menyebutnya Masyaiyah. Asal katanya Masya dan Yamsyi yang berarti berjalan kaki. Pada dasarnya paripatetik bermakna berjalan, namun secara istilah, filsafat paripatetik bermakna filsafat yang merujuk kepada Aristoteles.

Ada cerita lagi penulis Henry David Thoreau (1817-1862). Ini orang senang sekali berjalan kaki dalam kesehariannya. Dari kebiasaan sehat itu dia menjadi energik menulis karya besar seperti Civil Disobedience (pemberontakan sipil). Ini adalah bacaan wajib orang kiri dan mereka yang tidak terima dengan status quo dengan segala praktik kezaliman di dalamnya. Mereka yang hidup pada abad ke-19, bahkan hingga saat ini, akan tertarik membaca civil disobedience sebagai panduan orang untuk menyikapi status quo yang dianggap sebagai ‘keadaan sakral’ yang tak perlu diubah.

Presiden Amerika Serikat ke-44 Barrack Obama adalah orang yang gemar berjalan kaki. Dalam beberapa video, tampak presiden kelahiran Hawai ini melangkahkan kaki berjabat tangan dengan orang-orang sekitar, berfoto bersama mereka, dan membeli burger.

A Philosophy of Walking mengajarkan kita bagaimana asyik berjalan kaki: menempuh jarak yang jauh, tapi tidak membuat lelah dan membosankan. Setelah itu bisa menghasilkan banyak karya atau banyak buku. Masih malu jalan kaki?

Wallohu a’lam

22 Januari  2023

STID Albiruni mengucapkan ”Selamat Hari Pejalan Kaki Nasional ” ***

Comment here