Bersama Fahmina Institute, Saling Mengenal Islam-Kristen di Pesan Tren Damai
MAJALENGKA – macakata.com – Lebih dari lima puluh peserta tamu undangan muslim dari berbagai komunitas di wilayah Kabupaten Majalengka menghadiri dan terlibat langsung dalam diskusi Pesan “Tren” Damai di Gereja Bathesda Pasundan, Sabtu sore, 8 April 2023.
Peserta muslim atau pun non-muslim, sama-sama mengenal untuk saling menghormati dan menghargai. Kiai, perwakilan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Majalengka dan pendeta, bergiliran memaparkan persamaan dan perbedaan puasa, antar umat Islam dengan umat Kristiani.
Kegiatan ini diinisiasi langsung oleh Fahmina Institute. Dipandu oleh sang moderator Intan Damayanti, acara ini terlihat meriah.
Manajemen Fahmina Institute, Alifatul Arifiati mengatakan Pesan “Tren” Damai merupakan salah satu bentuk acara untuk saling mengenal dan menghargai keberagaman. Muslim dan non-Muslim diajak untuk saling menghormati meski beda agama.
“Tujuannya juga jelas, yakni menciptakan pemahaman yang lengkap tentang beragama, sehingga kita bisa saling menghormati,” ujarnya.
Perwakilan FKUB Majalengka, Heru Hoerudin mengatakan, membangun kerukunan antar umat beragama setidaknya ada sejumlah syarat, diantaranya, memahami dulu untuk kemudian saling kenal, saling menghargai antar perbedaan agama.
“Contoh di tempat saya dulu, ada Tadarusan pakai pengeras suara sampai malam. Lalu ada yang protes. Bukan melarang tadarusnya, tapi melarang pengeras suaranya saja. Karena ada tetangga atau saudara kita pada malam hari itu mau istirahat. Makanya kemudian, negara mengatur pengeras suara, itu tujuannya menghargai umat lain selain Islam,” ungkapnya.
Tuan Rumah Gereja Bathesda Pasundan, Pendeta Yayan mengatakan, dalam Kristen pihaknya juga ada proses Puasa. Hanya saja puasanya itu tidak ada istilah wajib atau sunnah.
“Di kami itu ada puasa juga, dimulai dari prosesi Rabu Abu selama 40 hari. Ada tanda salib berwarna hitam pada jidat kami. Itu menandakan bahwa orang Kristen hanya abu atau debu, tidak perlu sombong. Namun, selama 40 hari itu, bukan tak boleh makan minum, lebih pada konsekuensi. Misalnya berjanji dalam 40 hari itu berhenti merokok, maka selama 40 hari tak boleh merokok,” ucapnya.
Pendeta Yayan menambahkan, dalam Kristen itu ada istilah Sabtu sunyi, nyepinya orang Kristennya itu ya pada hari Sabtu.
“Kami merayakan Jumat Agung. Sunyi di hari Sabtu.
Selama 40 hari itu, ada konsekuensi. Uang beli rokok itu ditabungkan, diberikan untuk diberikan zakat ke orang fakir,” jelasnya.
Pendeta Yayan menjelaskan, umat Kristen juga harus berlomba-lomba melepaskan orang orng yang kesusahan. Dan setelah puasa, di Kristen juga ada istilah kembali suci yakni Paskah.
“Perayaannya “Paskah” kembali suci. Kalau dalam Islam itu kan Idul Fitri,” lanjutnya.
Kiayi ikon keberagman, Dr (HC) KH Husain Muhammad mengatakan 40 hari itu banyak kisah, nabi Musa, Idris juga nabi-nabi lainnya selalu memunculkan istilah 40 hari. Terlepas dari semuanya itu, pada inti kegiatan ini, tujuannya adalah saling menghormati dan menghargai perbedaan ber-agama.
“Jika ada persoalan antar beda agama, maka sebaiknya diselesaikan dengan musyawarah.” ujarnya.
Kegiatan yang bertemakan peaan damai, merawat kebhinekaan, merajut persaudaraan berlangsung meriah dan dihadiiri oleh organisasi mahasiswa, perwakilan komunitas lintas iman dan masyarakat umum disekitar tempat kegiatan.
Selain itu, kegiatan yang diisi dengan agenda buka puasa dan tausyiah dari, dihadiiri oleh Sekertaris FKUB Heru Hoerudin perwakilan Kementrian Agama dan FKUB Majalengka, Pendeta Yayan.
Sebelumnya giat serupa telah dilaksanakan Pesan-Tren damai di Pure Agung Jati Pramana Kota Cirebon, pada 4 April, Vihara Dewi Welas Asih Kota Cirebon pada 7 April.
Selanjutnya Pesan-Tren damai juga akan dilaksanakan didi Gereja Paska Keselamatan Losari pada 9 April, dan Pondok Pesantren Darul Hijrah Bintet Cirebon pada 10 April mendatang.
Kegiatan ini, bertujuan untuk mengenalkan rumah ibadah, komunitas agama dan budaya antar umat beragama yang diharapkan dapat menumbuhkan sensitivitas dan mengurai prasangka menjadi saling percaya.
Sekaligus menyampaikan pesan perdamaian dari setiap umat beragama. Menanamkan nilai-nilai toleransi di kalangan umat beragama. Mempererat tali persaudaraan antar umat beragama. semangat untuk menebar toleransi dan perdamaian antar umat beragama, khusunya di Kabupaten Cirebon dan Majalengka. (H. Diana)
Comment here