KISAH HIDUPTOKOH

Dulu Tukang Demo, Sekarang Penceramah

Penulis : Acil

MAJALENGKA – macakata.com – Retorika berbicara sepertinya menjadi keahliannya saat ini. Mantan aktivis yang dahulu sering turun ke jalanan, menyuarakan aspirasi masyarakat dalam unjuk rasa itu, kini beralih menjadi penceramah yang viral di berbagai sosial media. Jam terbangnya sudah mulai padat.

Perawakannya memang mungil, namun, dia bisa anteng berbicara satu jam lebih ketika berceramah.

Namanya ‎kini lebih dikenal dengan sebutan Kiai Anom‎. Lengkapnya Iwan Irwanto. Isi pidato keagamannya umum saja. Namun, dengan Konsep Nada dan Dakwahnya meniru dakwah ala Sunan Kalijogo yang berdakwah dengan seni, dia merangkul semua kalangan, tua, muda, maupun kelompok yang membutuhkan perhatian khusus.

“Islam bukan cuma milik kiai dan santri saja, mereka yang membutuhkan perhatian khusus dengan latar belakang apapun perlu mendapatkan pencerahan. Tentunya harus dengan penuh cinta kasih sayang” ungkapnya.

Sejak jadi orator demo, dulu, retorika berbicaranya memang telah terlihat. Mengolah kata dan menyusunnya agar mudah difahami pendengar, kini telah semakin lihai. Alah bisa karena terbiasa. Didukung oleh latar belakang pesantren yang kuat dan daya baca yang konsisten, membuat perbendaharaan kalimatnya semakin bertambah dan mampu menyentuh hati orang dengan latar belakang hitam sekalipun.

“Alhamdulillah, Saya kini lebih ingin bermawas diri. Ingin lebih terus belajar mengaji diri, sambil menyampaikan kebaikan kepada orang lain,” ujar Kiai Anom, saat ditemui usai menjadi narasumber dengan unsur pendengar dari kalangan khusus di dekat komplek KPU Majalengka pertengahan Juli 2024.

Iwan mengakui, bahwa isi materi yang disampaikannya hanya yang ringan-ringan saja. Mengingatkan serta mengajak untuk berlomba-lomba pada kebaikan dan terus mengajak agar tetap beribadah.

“Allah SWT adalah Dzat yang Maha Kasih Sayang, Ampunannya luas tanpa memandang sebesar apapun dosa hamba-Nya jika mau bertobat. Saya mengajak tanpa menggurui, mereka semua adalah saudara saya” ungkapnya.

Aktivisi PMII yang Kini menjadi Ketua ANSOR Jatitujuh ini menambahkan, kehidupan di dunia ini bisa diibaratkan dengan sebuah tempat yang bernama “Rest Area” atau pemberhentian sementara. Sebuah perjalanan hidup yang perlu diisi oleh banyak kebaikan dan terus beribadah.

“Selama hidup kita ini, amalan kebaikan kita itu jadi tabungan di akherat nanti,” tandasnya. ***

Comment here