CERPENKISAH HIDUP

Sahur Kilat: Kisah Ibu Muda yang Memasak 5 Menit Sebelum Imsak

MACA – Ramadan selalu menjadi bulan penuh cerita. Mulai dari drama alarm sahur yang gagal bunyi, hingga pertarungan heroik melawan kantuk saat tarawih. Tapi kisah Ibu Rina, seorang ibu rumah tangga berusia 32 tahun dengan dua anak balita, mungkin akan jadi legenda keluarga mereka tahun ini. Bagaimana tidak? Di detik-detik terakhir jelang imsak, ia baru terbangun dari tidurnya dan harus menyulap hidangan sahur dalam waktu 5 menit. Apa yang terjadi selanjutnya? Simak cerita kocak sekaligus mengharukan ini!

“Alarm? Itu Hanya Dekorasi di HP!”

Ibu Rina dikenal sebagai wanita yang *easy going*. Selera humornya tajam, tapi sayangnya, kedisiplinan waktunya seringkali “kabur” entah ke mana. Malam itu, seperti biasa, ia berjanji pada suaminya, Pak Andi, bahwa ia akan bangun lebih awal untuk memasak sahur spesial: nasi kuning dengan ayam goreng dan sambal matah. “Tenang, aku sudah setel 5 alarm!” katanya sambil tertawa. Tapi semua orang tahu, alarm-alarm di HP-nya lebih sering jadi bahan ledekan keluarga karena jarang dituruti.

Benar saja. Pukul 03:55, suara azan subuh sudah mulai berkumandang di musala dekat rumah. Sementara di kamar Ibu Rina, suasana masih senyap—kecuali dengkuran suaminya yang bersahutan dengan bunyi kipas angin. Tiba-tiba, mata Ibu Rina terbuka lebar. Ia melirik jam dinding. **”Astagfirullah… Pukul 04:05? Imsak jam 04:10?! Ini mustahil!”** teriaknya sambil melompat dari kasur seperti tersengat listrik.

Dapur Berubah Jadi Medan Perang**

Dengan rambut acak-acakan dan masih memakai piyama bergambar kucing gemuk, Ibu Rina berlari ke dapur seperti atlet sprint. *”Aku cuma punya 5 menit! 5 menit!”* gumamnya panik. Kulkas dibanting terbuka. Isinya? Sepi. Ada sisa nasi semangkuk, dua butir telur, seikat bayam layu, dan sepotong keju yang sudah hampir kadaluarsa. Freezer-nya lebih menyedihkan: beberapa nugget beku dan es batu.

“Ini bukan waktunya nyerah!”** Ia mengambil wajan dengan gaya bak jagoan action. Minyak dituang sembarangan sampai meleleh ke kompor. Telur dipecahkan dengan tergesa—cangkangnya ikut masuk ke wajan. *”Ah, nggak apa-apa, nanti disaring!”* katanya sambil mencoba meyakinkan diri.

Sementara itu, di luar dapur, Pak Andi yang terbangun karena keributan itu hanya menggeleng. “Rina… Kita sahur pakai air putih saja gapapa kok…”** katanya setengah tertidur. Tapi Ibu Rina sudah tak bisa diajak kompromi. **”Jangan ganggu konsentrasiku! Ini sedang *MasterChef* versi darurat!”

Kreativitas di Ambang Batas Waktu

Dengan sisa 3 menit, Ibu Rina mulai berimprovisasi. Nasi sisa dipanaskan di microwave sambil ia menari-nari gelisah menunggu. **”Cepaaat!”** Telur yang setengah gosong diaduk dengan bayam dan keju, lalu dicampur nugget yang dihangatkan *ala kadarnya*. Menu andalannya? “Nasi Telur Keju Bayam Crispy… Eh, versi ekspres!”

Tak lupa, ia membuat “jus sehat” dari blender yang isinya masih sisa smoothie kemarin—ditambah es batu dan sedikit sirup jeruk agar rasanya tidak terlalu aneh. “Ini cukup untuk nutrisi, kan?” batinnya sambil menekan tombol blender dengan kencang. *Bzzzt!* Suara blender yang meraung-raung membuat anak sulungnya, Dafa (5 tahun), terbangun dan menangis. “Ibu, itu suara monster?”

“Bukan sayang, itu suara ibu sedang jadi superhero…” jawab Rina sambil menyendok nasi ke piring.

Momen Sahur yang Tak Terlupakan

Tepat saat azan imsak berkumandang, meja makan sudah terisi. Menu utamanya: nasi hangat dengan telur bayam keju (plus serpihan cangkang), nugget setengah matang, dan jus jeruk bayam yang warnanya mirip lumpur. “Selamat sahur, Pak Suami, Nak!” seru Ibu Rina dengan muka merah dan keringat dingin.

Reaksi keluarga?

– Pak Andi: Mencoba mengambil nugget, lalu berhenti sejenak. “Ini… bagian dalamnya masih beku, Rin.”

– Dafa: Memandang jusnya dengan curiga. “Ini jus apa, Bu? Kok ada daunnya?”

– Adik Ara (2 tahun): Malah asyik mainin nasi yang ditempelkan ke pipanya.

Tapi di balik kekacauan itu, ada satu hal yang membuat Ibu Rina tersenyum lega: keluarganya tetap makan bersama dengan tawa. “Biar nggak sempurna, yang penting kita sahur bareng,” kata Pak Andi sambil menggigit nugget ala kadarnya.

Pelajaran di Balik Sahur Chaos

Kisah Ibu Rina mungkin terdengar konyol, tapi ada banyak pelajaran yang bisa diambil:

1.Improvisasi adalah kunci— saat waktu mepet, kreativitas justru muncul.

  1. Keluarga yang memahami adalah harta — mereka tidak mengeluh, tapi malah menjadikannya bahan cerita lucu.
  2. Jangan terlalu percaya pada alarm! — Lebih baik siapkan bahan sahur dari malam hari.

Sejak kejadian itu, Ibu Rina berjanji akan lebih disiplin. Tapi siapa yang tahu? Mungkin tahun depan, ia akan membuat “rekor baru” dengan sahur 3 menit!

Sahur Imperfect, Tapi Penuh Cinta

Ramadan bukan tentang hidangan mewah atau persiapan sempurna. Seperti kisah Ibu Rina, yang paling berharga adalah kebersamaan dan usaha tulus untuk beribadah—meski harus melalui drama kocak di dapur. Jadi, kalau besok Anda terlambat bangun sahur, ingatlah: selama ada niat dan sedikit *magic* di dapur, keluarga akan tetap tersenyum!

“Sahurmu mungkin berantakan, tapi cintamu pada keluarga selalu sempurna.”

Comment here