KREATIF

Bu Juwi Kembangkan Batik Ecoprinting di Majalengka

Ibu Rumah Tangga Ini Menekuni dan Mencintai Proses Membatik yang Diberi Nama “Ecoprinting”

MAJALENGKA – macakata.com – Berawal dari kesukaannya melihat dan mengenakan busana batik, perempuan berusia 50 tahun-an ini mulai menggeluti usaha batik. Bahkan, dia memulainya dengan inovasi baru. Ia membatik dengan cara merebus kain bersama dedaunan.‎

Dalam sebulan, ibu yang bernama lengkap Juju Juwairiyah ini bisa menghasilkan 100 lembar kain yang selesai dibatik.

Batik ini tergolong unik, karena menggunakan dua unsur yang berbeda. Pertama bahan Bakunya menggunakan warna dedaunan. Kedua, proses membatiknya dengan cara merebus kain bersama dedaunan itu.

“Pertama, saya nyari dedaunan dulu untuk motifnya. ‎Misal, corak daun jati maka saya kumpulkan daun jati. Lalu saya merebusnya dengan kain. Cukup lama, tapi hasilnya bagus. Dari sanalah saya menekuni batik ecoprinting ini,” ujarnya kepada macakata.com, saat ditemui di rumahnya di wilayah Desa Ciomas Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka Jawa Barat, Senin 1 Oktober 2019.

‎Perempuan yang akrab dipanggil Bu Juwi ini menambahkan, ‎proses membatiknya yang tergolong unik itu, berawal karena kebosanannya melihat motif batik yang itu-itu saja. Sehingga, pertengahan tahun 2018 lalu, ia mulai mencoba mengembangkannya sendiri.

“Saya bosan melihat motif yang itu-itu saja. Saya ingin sesuatu yang unik, menarik. Jadilah ecoprinting.” ungkapnya.

Bu Juwi memang pernah belajar membatik di wilayah Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Di wilayah tersebut, ia belajar cara membatik. Kemudian di rumahnya, ia kembali menekuni gagasannya sendiri, sesuatu yang baru untuk dikembangkan.

“Alhamdulillah, saat ini omset lumayan. Pasar batik ini adalah kalangan menengah ke atas. Makanya harga batik saya yang termurah adalah Rp. 200 ribu. Lebih sulit dan lebih beragam motifnya, maka harganya semakin mahal,” ungkapnya.

Juwi mengaku tak terlalu faham dunia penjualan. Namun saat ini, karena sudah banyak media sosial, maka setelah selesai membatik dan hasilnya memuaskan serta layak dijual, ia akan memostingnya di akun sosial media miliknya.

“Selain saya posting di FB, tentunya saya pun mengandalkan relasi teman. ‎Al-hamdulillah, berkah.”ungkapnya.

Sementara itu ‎bahan baku yang ia gunakan di antaranya daun jati, daun kersen, daun sirsak. Juwi mengambilnya dari halaman kebun miliknya.

‎Terpisah, ‎seniman lukis yang aktif di komunitas Perupa Majalengka, Ade Realism mengatakan, proses batik ecoprinting yang tengah digeluti oleh Bu Juwi di Ciomas-Sukahaji itu pernah dipamerkan dalam acara Dekkma akhir tahun 2018 lalu. Sebagai seniman lukis, ia cukup takjub melihat karya-karya batik ecoprinting.

“Karya batik ini, harus diapresiasi. Nilai kreatifitasnya cukup tinggi. Tentu saya berharap kemajuan batik ecoprinting ini bisa menjadi ikon Batik di Majalengka. Apalagi batik ‎ itu merupakan warisan budaya dunia,” pungkasnya.

Sementara itu, pemda Majalengka telah mengeluarkan surat edaran khusus bahwa setiap tanggal 02 Oktober setiap ASN maupun pegawai BUMD wajib mengenakan seragam batik untuk memperingati Hari Batik Nasional. ( Acil)

Comment here