Enceng bersama produk kopi disamping tempat penjemuran
MAJALENGKA – macakata.com – Baginya, emas itu tak sebanding dengan kopi. Alasannya, toko yang jualan emas sudah banyak, mudah dicari. Tetapi Kopi yang bercitarasa seni tinggi, harus dicari di kebun. Itulah salah satu faktor yang membuat pria asal Sukaraja Wetan ini terjun ke bisnis kopi.
Senin sore itu, pria bernama lengkap Enceng Sugianto tengah rehat. Di ruang depan rumahnya, di Dusun Tiga Desa Sukaraja Wetan Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka Jawa Barat itu memang sudah tercium wangi serbuk kopi. Di halaman samping rumahnya, terlihat alat jemuran sederhana dari bambu dengan kelambu plastik transfaran.
Karena dari awal fokus mau membahas obrolan tentang kopi, Enceng menyetop sebentar basa basi perkenalan. Ia langsung praktek menyeduh kopi. Ngobrol tentang kopi memang sudah seharusnya merasai langsung seduhan kopi tersebut.
Di ruang khusus kamar kopi itu, ruang produksi dan kamar penyimpanan kopi hasil pengelolaannya tersimpan rapih alat-alat pengemasan, Grinder atau mesin penggiling kopi. Juga ada kompor fortable beserta gelas dan penyaringan seduhan kopi.
“Sekaligus saya belajar barista. Ruangan ini memang saya setting khusus sebagai kamar kopi. Setelah proses roasting, pengemasan kopi saya lakukan steril di ruangan ini,” ujarnya, kepada Macakata.com, Senin sore 4 November 2019.
Awalnya, Enceng pun tak pernah tertarik pada kopi, dengan alasan tak punya kenalan komunitas maupun teman yang memahami dan mengenal tentang kopi. Ia memulai usahanya dengan jualan kaos. Hingga akhirnya ia ikut pelatihan Wira Usaha Baru (WUB). Di kota kembang itu, ia malah dekat dengan pengusaha muda yang bergelut dengan kopi.
“Di Bandung waktu itu tahun 2016, dekat stadion Siliwangi, ketika pelatihan, saya kenalan dengan peserta dari Bandung Selatan, Kuningan dan Ciamis. Setelah pelatihan itu, kami berlima komitmen bertemu sebulan sekali di Ciawi. Bahasannya tentang kopi,” ungkapnya.
Pria 38 tahun lulusan Politeknik Insan Cinta Bangsa tahun 2002 ini, lantas tak pernah absen mengikuti jadwal pertemuan lima sekawan alumni pelatihan WUB Bandung itu. Ia mengikuti pelatihan pada Mei Tahun 2016 lalu. Ia mengikuti pelatihan yang kebanyakan pesertanya itu berbisnis usaha kopi dari Ciamis, Bandung Selatan, dan Kuningan Jawa Barat.
“Kami komitmen membuat semacam grup komunikasi, dan komitmen kumpul di Ciawi Ciamis sebulan sekali. Waktu itu saya masih akrab dengan hape Blackberry, meski Android sudah ada,”ungkapnya.
Genk WUB dengan lima orang itu diantaranya, Icang dari Bandung Selatan, Holib dari Ciawi-Ciamis dan Mumu serta Kimuy dari Kuningan. Pertemuan rutin sebulan sekali selalu di Ciawi di rumah Bapak Holib. Memasuki tahun 2017, Icang mulai produksi dan sempat laku pisan karena dibeli oleh perusahaan ternama.
“Teman saya Icang semakin semangat. Sejak itu saya mulai mencoba dan mengkonsumsi produk kopi Icang. Sekaligus jualan produk kopi asal Bandung Selatan itu. Dalam sehari, waktu itu awal tahun 2018, saya mampu menjual 5 kilogram kopi. Catatan yang lumayan banyak. Saya semakin bersemangat.”
Ayah dari Satria Adi Widianto ini memang minim pergaulan dengan orang yang bergelut bersama perkopian. Namun, karena tekad dan keyakinan yang mem-baja, bahwa usaha dan potensi jualan kopi di Majalengka merupakan jalan usaha dirinya untuk kesejahteraan keluarga, tekadnya makin bulat. Ia pun mulai mendatangi tempat-tempat perkebunan kopi yang ada di kota angin.
“Saya datangi Gunung Wangi Argapura, Sadarehe Rajagaluh, Jahim Cingambul, Gunung Sirah di Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan. Dari sana, semakin terasah pengalaman, wawasan dan pengetahuan, serta potensi dan peluang usaha kopi,” ungkapnya.
Istri dari Rita Widianita ini menjelaskan, saat ini penjualan kopi dengan brand K-Radja sudah tembus ke berbagai daerah diantaranya Bangka Belitung, Jawa Timur, Magelang, Bekasi, Jakarta, Bandung dan Bogor. Meski ia mengaku gaptek, namun pemasaran melalui akun sosial media seperti Facebook dan Instagram membuatnya mendapatkan para pembeli secara lebih luas.
“Meski begitu, awal-awal terjun ke bisnis kopi, saya sempat rugi Rp. 800 ribu. Cerita singkatnya, saya beli kopi dengan uang delapan ratus ribu itu, tapi menaruhnya begitu saja. Disimpan dalam karung. Bingung kemana harus proses meroasting. Saya beli 20 kilogram waktu itu, tinggal 5 kilogram setelah seminggu. Karena ketidaktahuan saya dalam menyimpan kopi,” kenangnya.
Belajar dari pengalaman itu, ia pun pernah menyanggrai atau meroasting sendiri, menggunakan kuali dari tanah liat. Hasilnya gagal total. Dari sana, ia mulai bertanya-tanya ke teman tentang bagaimana menyimpan kopi yang benar. Jawabannya mengunakan plastik yang berjenis tebal tapi motif transfaran, jangan kresek hitam.
“Kemudian ada seorang teman menawari, saya pun mulai meroasting kopi ke Cirebon. Cuma terlalu jauh. Lantas ada yang menawari di Majalengka, lebih dekat dan lebih murah. Kendala lain muncul, saya belum punya merek dagang.”ungkapnya.
K-Radja pun awalnya bernama lain. Yakni Wanoja Kopi. Hingga suatu saat, Kang Enceng mengikuti pelatihan kopi di Bandung, ada yang komplen tentang Branding Wanoja. Meski sudah booming waktu itu, dirinya menggantinya dengan nama asal yakni nama desa kelahirannya, Sukaraja disingkat K.Radja menjadi brand kopinya.
”Kemudian, ada teman yang nawarin untuk memajang produk K-Radja di Majalengka Mart, mini market dengan pemilik putra daerah. Pemiliknya baik. Dalam seminggu, menyimpan kopi di sana selalu laku 30 bungkus lebih. Sayapun semakin semangat,” ungkapnya.
Dengan bisnis Kopinya itu, Kang Enceng mendapat banyak ilmu dengan selalu hadir di segmen pelatihan. Bulan Maret 2019 lalu, Ia pun kembali mengikuti pelatihan di Bandung selama empat hari. Pelatihan khusus kopi. Menariknya, selain mendapatkan tentang berbagai hal tentang kopi, ia diajak survei langsung ke pengolahan kopi terbaik di bukit Palasari Bandung.
“Di sana ada produksi kopi dengan kualitas terbaik. Saya bersama 59 orang peserta se-Jabar tentu saja semakin semangat dan antusias.” ujarnya.
Kini, omsetnya telah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Bahkan sekarang, ia berencana akan membeli peralatan mesin olahan paska panen.
“Minta doanya saja. Intinya, saya semakin yakin dengan usaha kopi. Dan saya lebih siap bersaing. Potensi kopi Majalengka luar biasa,” pungkasnya. ( Rich)
Pemesanan Kopi bisa WA ke 085 321 194 286
Comment here