Organik Kopi Majalengka, Ditanam Natural Tanpa Pestisida
MAJALENGKA – macakata.com – Organik? Nama yang tidak asing. Pertama muncul dan populer kata ini disematkan pada produk sayuran, yang ditanam dan diolah tanpa pupuk dan pestisida. Organik yang satu ini, juga melekat pada produk kopi, yang kini tengah hits di wilayah Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka Jawa Barat.
Tanaman kopi yang menghasilkan kopi organik ini sudah ada selama puluh tahun. Dipanennya, juga tidak mudah, karena harus melalui proses memanjat pohon kopi dengan ketinggian empat sampai lima meter. Mengingat untuk memetik kopi itu harus memanjat terlebih dahulu. Oleh karenanya, kelompok petani desa di wilayah Kecamatan Sindangwangi ini menamainya kopi organik (organik kopi).
Tokoh masyarakat setempat, Dadan mengatakan, karena keunikan dan citarasanya yang mantap, membuat kopi yang butuh proses dipanjat, lalu dipetik ini, menghasilkan aroma yang cukup khas, berbeda dengan kopi lokal pada umumnya. Meski diakui oleh Dadan, setiap kopi mempunyai harum dan wangi yang berbeda-beda sesuai dengan ketinggian tanah, kultur tanah, cuaca dan habitat tanaman yang ada di sekitarnya, serta faktor lainnya.
“Kenapa kami namai kopi organik? Karena semuanya serba natural. Serta panennya itu harus melalui dipanjat dulu, baru kemudian dipetik,” ungkapnya kepada macakata.com, Minggu, 23 February 2020.
Dadan menambahkan sebagai gambaran, tanaman kopi ini mirip tanaman karuhun, tidak ada proses pemupukan maupun proses bahan kimiawi lainnya. Dengan kata lain, para petaninya membiarkan alam yang membuatnya tumbuh kembang dan berbuah kopi sendiri. Bisa disebut juga dengan kopi liar karena dibiarkan begitu saja. Dipanjat dan dipetik ketika sudah waktunya.
“Bahkan mengandung filosofi sosial, karena ada hubungan akrab keluarga. Sebuah keluarga harmonis melaksanakan panjat lalu petik kopi itu, manennya itu satu kelurga penuh, bersama anak dan cucu, ” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Ketua Kelompok Tani Desa di wilayah Kecamatan Sindangwangi, Dastri mengatakan waktu terbaik untuk memanjat kopi itu, yakni antara Agustus sampai Desember. Pada musim kemarau itu, biasanya menjadi ajang kumpul keluarga dan terjalin hubungan emosional antar keluarga.
“Mereka datang dengan kesungguhan untuk berkumpul, kemudian dengan suasana nyaman, riang, penuh canda mereka memanen kopi. Lebih pada nuansa memelihara adat dan memperlakukan keharmonisan sebuah keluarga yang sangat dijaga nilai positifnya, “ungkapnya.
Dastari menambahkan saat ini mengingat musim hujan, maka biji kopi yang ada pada tanaman kopi, berusia puluhan hingga ratusan tahun itu belum bisa dipanen.
“Belum bisa dipanen ataupun dipanjat, karena memang belum musimnya, di wilayah kebun sini,” tandasnya.
Berdasarkan tinggi datarannya, tanaman kopi organik ini berada pada ketinggian antara 500 hingga 800 meter di atas permukaan laut. Dan sudah dipastikan jenis kopinya adalah Robusta.
“Kopinya robusta, karena ketinggian tanahnya antara 500-800 meter di atas permukaan laut. Harganya lebih mahal, namun sudah setengah tahun ini banyak pesanan dari berbagai daerah. ” Ujarnya. (MC-02)
Pemesanan Organik Kopi, Hp/WA : 085 321 194 286
Comment here