Mereka Belajar Bersama Ibu-ibu
MAJALENGKA – macakata.com – Sekelompok anak muda di Desa Bantarwaru Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka Jawa Barat, melestarikan tradisi membuat Apem.
Tradisi ini rutin digelar setiap tahunnya oleh kalangan ibu-ibu rumah tangga. Tujuannya untuk menolak bala, sekaligus menjalin silaturahmi, juga permintaan maaf kepada sesepuh atau orangtua.
Hanya saja, sebagai bentuk edukasi kepada anak-anak muda milenial, anak-anak muda yang tergabung dalam Karang Taruna Tunas Bangsa Bantarwaru, antusias mencoba sendiri dengan praktek langsung bersama para orangtua.
Salah seorang ibu rumah tangga, Yayah (48) mengatakan, proses pembuatan Apem sengaja melibatkan anak-anak muda sebagai upaya untuk mengedukasi. Tujuannya bukan hanya sebagai pembejalaran, namun sebagai bentuk penghormatan dan melestarikan tradisi yang nyaris punah.
“Sebetulnya pembuatan apem di bulan-bulan ini, khususnya bulan Shafar, itu sudah menjadi tradisi. nantinya Apem ini dibagikan kepada warga dan para orangtua.” ungkapnya di sebuah saung Blok Kamis Desa Bantarwaru, Minggu, 11 Oktober 2020.
Ibu rumah tangga lainnya, Tarinah mengatakan hal yang sama. Untuk membuat Apem memang tidak sulit. Dibutuhkan bahan-bahan seperti ragi, beras yang kemudian digiling menjadi tepung. Untuk selanjutnya dicampurkan dengan takaran air yang pas.
“Kemudian dicetak dengan cara digoreng menggunakan wajan khusus. Bentuknya bulat seperti cetakan sorabi. Hanya saja lebih kecil, dan rasanya sedikit manis. Setelah jadi, ada saos dari campuran gula merah dengan kelapa,” ungkapnya.
Terpisah, Ketua Karang Taruna Tunas Bangsa Bantarwaru, Tintin Yuliantin Hidayah mengatakan, sisi positif proses pembuatan Apem bersama anak-anak muda ini, yakni sebagai upaya untuk mengedukasi dan menghormati tradisi Ngapem.
”Tergntung niatnya juga sich, tujuannya sebagai tolak bala, sebagai permintaan maaf kepada orangtua. Ini bentuk diplomasinya itu kan Apem ini dibagikan kepada orangtua,” ungkapnya.
Tintin menambahkan, pelajaran terbaiknya yakni agar anak-anak muda di Desa Bantarwaru ini tetap melestarikan tradisi Ngapem.
“Tradisi Ngapem ini jangan sampai hilang. Ini penting untuk mereka sebagai pembelajaran sosial, tradisi, juga etika,” tandasnya.
Salah satu pemuda Bantarwaru, Inin Nastain mengatakan, proses membuat Apem merupakan tradisi masyarakat, yang kerap dikerjakan oleh kalangan ibu-ibu yang sudah tua. Dengan cara melibatkan anak-anak muda Desa Bantarwaru, kalangan muda-mudi ini bisa lebih mengenal tradisi Ngapem.
“Jadi, dengan adanya Festival Apem ini, juga melibatkan anak-anak muda, tradisi ngapem tidak lagi milik orang-orang yang sudah tua,” ujarnya. ( MC-02)
Comment here