Artikel Kedua dari Tiga Tulisan Berseri
MAJALENGKA – macakata.com – Budidaya Ginseng Jawa yang dilakukan Danu di Tejamulya, Majalengka memikat para petani. Ikin dan Marno adalah dua petani yang mengikuti jejak sang pengacara. Dua petani ini telah menanam Ginseng Jawa sejak setahun lalu.
Berlokasi di blok Sabtu Desa Tejamulya Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka Jawa Barat, Rumah Ikin (65) seperti berada di permukiman padat perkotaan. Berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, serta kontur tanah yang tidak rata membuat permukiman di blok ini seperti permukiman perkotaan yang ada di Kota Bandung.
Di depan rumahnya yang mungil, terlihat hamparan gimbal hijau daun Ginseng Jawa. Tampak lima piring berjejer pada pagar, berisi biji-biji Ginseng Jawa dari serbuk bunga. “Sudah setahun lalu, saya mulai menanam Ginseng Jawa. Saya jual ke pengacara, hasilnya lumayan untuk kebutuhan dapur,” ujar pria yang akrab dipanggil wa Ikin ini, Senin, 23 November 2020.
Ikin menceritakan, awalnya ia melihat Danu rajin menanam Ginseng Jawa. Waktu itu, ia bersama istrinya tak sengaja lewat depan rumah sang pengacara. Ikin lalu membawa beberapa bibit untuk ditanam depan rumah.
“Sebetulnya di sini juga sudah ada tanaman tersebut. Cuma warga belum pada tahu, sugan teh jukut biasa, yang tidak ada khasiat dan manfaat ekonomi (dikira itu tanaman rumput biasa saja),” ujarnya dengan bahasa sunda campur Indonesia.
Ikin berpendapat, ternyata lebih mudah menanam Ginseng Jawa dibandingkan menanam bawang atau jahe. Menanam Ginseng Jawa tak memerlukan pupuk.
“Menggunakan pupuk alami saja. Jadi ketika mau menanam Ginseng Jawa, tanahnya dipacul dulu, dicampur dengan tahi-tahi domba dan ayam. Setelah itu dibiarkan.” Ujarnya menjelaskan.
Sebulan sekali, Ikin mengirimkan Daun Ginseng Jawa ke rumah Danu. Permintaan tersebut bisa datang dari Danu sendiri, jika ada pesanan dari koleganya.
“Ketika ada perintah, saya bawa ke si ayah (panggilan untuk Pak Danu). Ada juga tetangga yang mulai suka memetik, saya biarkan saja,” ujarnya.
Pria yang berprofesi sebagai penjahit ini mengaku terbantu dengan Ginseng Jawa. Pasalnya, selama pandemi orderan jahit menurun drastis. Tak hanya menambah penghasilan, Gingseng Jawa juga telah membuatnya lebih sehat dan bugar. “Jagjag waringkas ayna mah. Badan saya lebih fres dan tak mudah cape.” ucapnya.
Bisa Ditanam Dimana Saja
Berbeda dengan Ikin, Marno (45) memanfaatkan sampah elektronik sebagai lahan untuk menanam Gingseng Jawa. Maklum, profesi warga Dusun Cukangsari Desa Tejamulya ini adalah tukang reparasi peralatan elektronik. Di halaman rumahnya, berjejer tanaman Ginseng Jawa dalam tabung-tabung televisi bekas.
“Perangkat elektroniknya saya simpan, karena masih berfungsi. Tabungnya saya manfaatkan untuk tanaman Ginseng Jawa,” ujarnya.
Marno menanam dan mencoba membudidayakan Ginseng Jawa sejak Agustus 2020 lalu. Ia tertarik karena melihat dan memperhatikan, tanaman Ginseng Jawa itu mudah dibudidaya. Karena tidak membutuhkan perawatan dan tidak membutuhkan pupuk an-organik.
“Nanti, lahan saya seluas 500 meter persegi, yang saat ini ditanami bawang, akan saya panen dulu. Setelah itu mau ditanami Ginseng Jawa. Saya pun menanamnya secara hidroponik. Saya semangat, karena beberapa tetangga dan saudara saya mulai rajin memetik daun Ginseng Jawa,” ucap pria berkumis tipis ini.
Marno menuturkan, ada dua tetangganya yang bernama Ajid dan Cahrodi sering memetik daun Ginseng Jawa di halaman rumah Marno. Mereka mengaku sakit kramnya hilang. Pusing atau sakit kepala di bagian belakang kepalanya juga sembuh usai mengkonsumsi Ginseng Jawa.
“Saya jadi semangat untuk menanamnya lebih luas. Karena sudah ketahuan khasiatnya,” ujarnya menambahkan.
Marno mengakui, saat ini masih tahap percobaan dan menjajaki untuk membudidayakan tanaman Ginseng Jawa. Terlebih, dalam hal perawatan lebih mudah. Bila dibandingkan dengan menanam bawang, harus lebih banyak mengeluarkan modal untuk membeli pupuk dan pestisida. Menanam Ginseng Jawa harus tumbuh organik.
“Rencana saya itu, mau menanam di lahan yang lebih luas. Saya ini baru sebatas di tumpang sari-kan. Lahannya di dekat masjid pintu masuk dusun,” ungkapnya.
Marno membandingkan dengan menanam jahe dan bawang. Kalau jahe, dipanennya hampir setahun, itupun hanya rimpangnya saja. Daun jahe tak bisa dimanfaatkan seperti daun Ginseng. Sementara daun Ginseng Jawa bisa dijual.
“Menanam bawang repot, karena memerlukan lebih banyak modal dan harus sering dipupuk menggunakan pestisida,” ujarnya menjelaskan.
Belum Ada Data
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka, Ir. Iman Firmansyah, mengatakan, potensi Ginseng Jawa di wilayah Majalengka, memang ada. Namun, ia mengakui, khusus tentang tanaman ini, dinas belum punya data.
“Kami belum punya data. Kami akan coba petakan untuk tahun 2021 mendatang,” ujarnya, Senin, 30 November 2020.
Ia berjanji akan segera menginventarisir tanaman dan budidaya Ginseng Jawa yang ada di wilayah Kabupaten Majalengka. Sepintas ia mengetahui sedikit, Ginseng Jawa, sangat baik ditanam di area dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 900 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Ketika ditanya soal luas area pertanian tanaman herbal Ginseng Jawa, pria kelahiran Talaga ini mengatakan, untuk area sawah pegunungan dan dataran rendah, dinas pertanian mencatat ada sekira 80 ribu hektar lebih, yang tersebar di wilayah Kabupaten Majalengka. Akan tetapi mengenai tanaman Ginseng Jawa tersebut, untuk kategori dataran rendah maupun tinggi, semuanya bisa tumbuh. Kualitas bagus bila ditanam di area gunung.
“Ginseng Jawa bisa tumbuh dimanapun asal ada air. Hanya saja, kualitasnya itu bisa ditentukan oleh iklim, cuaca, kadar air. Di area pegunungan hasilnya lebih bagus,” ujarnya menambahkan.
Iman mengatakan, soal ekspor daun Ginseng Jawa, pihaknya belum mengarah sejauh itu. Namun, melihat potensi dari pioner budidaya Ginseng Jawa yang telah melakukan ekspor ke luar wilayah, ia mengacungi jempol. Budidaya tanaman herbal ini bisa menjadi alternatif untuk usaha. Mudah ditanam di pekarangan rumah untuk ketahanan pangan.
“Pasca-Covid-19 ini berakhir, harus ada pemulihan ketahanan pangan. Area produktif harus menjadi lebih produktif dan dimanfaatkan untuk pengolahan lahan. Kami akan kordinasi dengan organisasi-organisasi kaum perempuan seperti PKK, untuk memanfaatkan pekarangan rumah supaya ditanami tanaman herbal yang berkhasiat.” tandasnya. ( Herik Diana)
Tulisan ini diterbitkan berdasarkan program fellowship Maverick dan AJI Indonesia
Comment here