BUDAYAOPINI

Ibnu Aqil Pelukis dari Majalengka

Ibju Aqil Pelukis

Foto : Ibnu Aqil sedang membuat mural realis sepanjang 10 Meter

Oleh: Rendy Jean Satria

MACAKATA.COM – Sosoknya sederhana. Pendiam. Sesekali ia hanya berbicara ketika ditanya. Dengan kumis dan jenggot khasnya, sosoknya kerap berada di pembatas. Batas antara kemauan menjadi seniman dan  tampil di ruang publik lewat karya-karyanya.

Karya lukisnya, yang selama ini ia lukis –  menunjukan kalau pelukis asal Rajagaluh ini memiliki potensi dan bakat dari lahir.

Ibnu Aqil, yang pertama kali belajar melukis di Bali awal tahun 2010-an –  sekalian ia bekerja di tanah dewata itu – Ibnu melatih skillnya, dari pagi sampai malam oleh pelukis asal Garut yang tinggal di Bali, bernama Asep.

Lewat gurunya itulah, Ibnu diajarkan cara membuat garis, potrait, dan pembauran teknik warna. Dunia yang dibentuk Ibnu lewat cat dan kuas, adalah realita empiris yang ia lihat dan tangkap.

Tentu tanpa ada tendensi awalnya untuk menjadi seorang pelukis.  Lukisan pertamanya bertemakan, pasar dan pedagang kaki lima.

Namun, bukan itu saja sepertinya yang ingin ditunjukan oleh pelukis, yang juga memiliki kegemaran bermain gitar dan bersepeda ini. Lebih dari itu, Ibnu memiliki karakter di setiap garis, detail dan corak lokal dalam gambar-gambarnya.

Gambarnya memanjakan mata yang memandang. Tidak disibukkan oleh aliran dan perkembangan seni rupa saat ini. Mata pelukisnya hanya ingin menunjukan keindahan teknis secara lahir dan batin.

Ibnu Aqil Pelukis dari Majalengka
Ibnu Aqil

Jika Basuki Abdullah, maestro lukis Indonesia, yang dikenal sebagai pelukis aliran realis dan naturalis, mempunyai spirit yang kuat terhadap alam dan peristiwa, seperti tercermin pada karya-karyanya berjudul: Pemandangan di Kintamani, Ombak Samudra, Dalam Sinar Bulan dan Pemandangan, sangat jelas Basuki adalah maestro pelukis naturalis.

Ibnu, sedikit mewarisi spirit dari gaya lukisan Basuki – di kanvas mereka ingin melulu menangkap objek dengan tingkat kearutan yang maksimal dan wajar (tidak harus mirip).

Tema dan konsepnya saja yang realistik. Aliran realis yang pertama kali berkembang di eropa abad -19 yang dicetuskan oleh pelukis Perancis Gustave Courbet dan Jean – Francois Millet, dengan perspektif kemungkinan-kemungkinan di dalamnya dalam mengangkat segala hal – ihwal keseharian yang dialami oleh kebanyakan orang, adalah suatu aliran yang coba diusung oleh Ibnu, lewat beberapa karyanya seperti berjudul: Pemandangan Gunung, Pak tua sedang merokok, Suasana Desa, Mata Ikan, Nelayan di Waktu Petang dll, adalah memantapkan posisinya sebagai pelukis realis dari Majalengka. Salah satu ciri aliran realis, adalah memiliki detail gambar yang merespon aslinya melalui teknik melukis yang dikuasai oleh pelukisnya, saya rasa Ibnu sudah ada berada pada posisi itu.

Dengan posisi regionalnya yang saat ini tinggal di Majalengka, Ibnu cukup diuntungkan dengan tidak disibukkan oleh segala lalu lintas perkembangan seni rupa, kritik dan teori. Ia hanya ingin melukis dan terus melukis.

Saya kira kelak, jika saja ia bisa terus fokus dan bertanggung jawab pada marwah kesenimanannya, tidak menutup kemungkinan, jika pelukis yang sudah memiliki dua anak bernama Lea dan Zea ini, akan menjadi pelukis realis Indonesia yang patut diperhitungkan kelak. ***

Bandung, 6 Juli 2021. 

Rendy Jean Satria adalah penyair, essais dan dosen filsafat Islam di STAI Assyrofuddin, Sumedang

Comment here