Jejak Sejarah Talaga Manggung di Cengal Maja
MAJALENGKA – macakata.com – Jejak sejarah kerajaan Talaga Manggung itu terekam ada di Desa Cengal Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka Jawa Barat.
Jejak ini berupa makam. Tercatat dalam manuskrip keturunan kerajaan Talaga. Sehingga pada pekan lalu, keluarga kerajaan Talaga Manggung menyempatkan untuk berkunjung ke Blok/Desa Cengal Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat.
Tepatnya, pada hari Ahad 6 Oktober 2019 lalu, rombongan anak keturunan Talaga Manggung (Ratu Simbarkancana) datang bersama para juru kunci (kuncen) untuk melaksanakan giat memandikan pusaka.
Hanya saja, sebelum ritual memandikan pusaka, berbagai tahapan lainnya, seperti ritual yang harus dikerjakan yakni menebang bambu kuning juga. Tradisi ini masih dipertahankan. Serta harus tetap dipertahankan.
Bambu kuning yang diambil ada di Blok Cengal. Menurut Rd, Apoen Tjahya Hendra yang hadir ke Cengal, mengatakan, dalam catatan manuskrip sejarah yang dimilikinya, Desa Cengal Kecamatan Maja tercatat punya jejak makam keluarga kerajaan Talaga Manggung, yang dibangun tahun 1.500 masehi.
Dalam kunjungannya ke Cengal itu, pranata budaya Talaga, Asep Ashda Singhawinata mendampingi Begawan Agung Talaga Rd. Apoen Tjahya, juga ikut hadir.
Dalam prosesi itu, tokoh masyarakat setempat di Padepokan Ujungan Bunilaya Kuda Putih, Taufik mengatakan dirinya merasa berbangga karena wilayah kelahirannya, yakni Desa Cengal, terdapat jejak sejarah kerajaan Talaga Manggung. Ia dan pemerintah desa bersama pemerintah kecamatan akan berusaha untuk memelihara dan merawatnya. Alasanya, peninggalan sejarah adalah asset yang sangat berharga.
“Ini merupakan aset penting yang harus terpelihara.” ungkapnya.
Sementara itu, aktifis Grumala, juga aktif di Dewan Kesenian Kebudayaan Majalengka, Kang Naro mengatakan makam yang ada di Cengal-Maja, kemungkinan merupakan makam sang bupati terakhir Talaga. Diceritakan, konon bupati ini membangkang kepada pemerintah kolonial Belanda. Bahkan, ia rela dicabut gelar ningratnya dan dibuang ke pelosok. Oleh Kolonial Belanda, bupati ini hanya diberi sepetak lahan. Bupati Adipati Arya Sacanata menolak perpindahan pemerintahan Talaga ke Maja tahun 1819.
“Walau menanggung resiko Onslagh. Kemudian Belanda mengangkat bupati RT Dendanagara yang berasal dari keluarga Kraton Cirebon, itupun masih ada rerehan Talaga, karena trah keluarga ningrat kerajaan masih dianggap perlu. Tujuannya supaya rakyat Ajrih pada Bupati, karena menganggap waktu itu jabatan bupati adalah raja.” ungkapnya, dikutip dari postingan group WA Dekkma oleh Kang Naro. ( IMR)
Comment here