BUDAYAGAYA HIDUP

Galau? Bacalah Buku Nyaring

Foto : Ilustrasi. Arsitek Buku

Penulis adalah Peserta Residensi Literasi Sains

Aku telah melakukannya. Membaca buku dengan cara bersuara atau di-nyaringkan, dikeraskan seperti membaca teks UUD 45, kini mulai membuahkan hasilnya. Perbendaharaan kalimatku ketika berbicara kini mulai lancar. Tidak gugup atau nerveus lagi. Dalam artian, gugup memang masih ada, namun hal itu bisa berkurang dan tidak sebesar dulu yang begitu mengganggu. Rasa percaya diri ketika berbicara di depan umum, saya akui kini meningkat. Gagu dan gagap ketika berbicara kini sudah mulai menghilang. Yang ada sekarang, aku sanggup berbicara tentang buku dan TBM, selancar ketika aku makan dalam keadaan lapar. Itu berkat membaca dengan cara bersuara (nyaring) dan sementara keahlianku menyusun kalimat lewat tulisan, kudapatkan setelah puluhan tahun membaca buku dalam hati.

Aku mempraktekkan sendiri, setiap bangun pagi, sebelum mandi, aku membaca sedikitnya tiga halaman buku dengan bersuara. Istriku, paling-paling hanya tersenyum kalau mendengar kalimat yang kubaca rancu atau salah. Sepuluh tahun lalu, aku ini selalu merasa rendah diri, dan kalau berbicara atau mengungkapkan sesuatu terasa berat memilah kata. Untuk menuangkan suatu keinginan atau menceritakan pengalaman yang membuat lucu saja, aku tidak sanggup dalam mengatakannya. Bisa sich bisa, akan tetapi tidak selancar teman-temanku, yang berbicara dengan jelas dan lebih gampang.

Aku membaca buku Pernafasaan untuk Kesehatan yang ditulis oleh Jos Usin. Dalam buku itu, ada bab khusus yang menerangkan bahwa untuk membuat seseorang tampil lebih menarik, selain penampilan busana, ada hal lain, yakni pandai berbicara. Sejak itu, aku tempuh latihan membaca dengan disuarakan. Setiap Shubuh, aku selalu harus membaca, latihan membaca tiga halaman buku. Terkadang direkam menggunakan ponsel cerdas. Aku berpendapat, tampaknya akan menjadi pengalaman yang sangat menarik dan hal itu membuatku semakin percaya diri. Memang, terkadang hal tersebut juga berkaitan dengan mood, namun hal itu semua bisa diminimalisir dengan membayangkan hal-hal yang baik, pikirkan hal hal yang indah saja, maka semuanya akan baik-baik saja. Begitu motivasiku dalam hati.

Membaca dalam hati, hanya khusyuk sendiri saja. Dampak yang baik dari hasil membaca buku secara rahasia itu (baca buku dalam hati), bisa disalurkan dengan latihan menulis. Sementara dampak membaca bersuara/nyaring, maka aoutputnya adalah dapat berbicara lancar. Bahkan jika dilatih secara terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan akan menjadi orator ulung, ahli debat dan pandai berargumentasi. Setidaknya itulah menurut Josis Siswojo di halaman 120 buku Pernafasan untuk Kesehatan. Orang yang pandai berbicara itu biasanya adalah orang-orang yang selalu mendengarkan, sekaligus juga meluangkan waktu latihan berbicara di depan cermin, dalam kamar pribadinya. Atau bermonolog sendiri, berbicara kepada diri sendiri seperti dalam sinetron dan film-film.

Contoh kasus yang paling menarik adalah, dunia literasi kita sebetulnya kalah jauh oleh orang-orang hukum. Terutama orang yang berkaitan dengan profesi jaksa, hakim ketua dan hakim anggota. Kenapa? Alasannya cukup simpel, aku sendiri sempat beberapa kali meluapkan kekaguman ketika menyaksikan proses jalannya putusan sidang sengketa tanah atau pembunuhan. Sidang pembacaan hukuman atau vonis, biasanya hakim akan membacakaan vonis, beliau membacakaan secara bersuara laporan runut dari teks tertulis. Dan ketebalannya bisa mencapai ratusan halaman, tergantung banyaknya saksi dan barang bukti, serta menariknya kasus tersebut. Maka biasanya laporan keputusan sidangnya juga seperti sebuah buku novel.

Masih ingat kasus Jessica, racun sianida yang dibenamkan ke kopi? Naskah putusan vonis untuk Jessica ini menghabiskan laporan sebanyak 377 lembar/halaman. Pembacaan putusan ini harus disuarakan, dinyaringkan, dan tentu saja berlandaskan pada setiap laporan yang memang diketik. Sebetulnya dunia literasi kita masih kalah jauh oleh orang-orang pengadilan atau orang-orang hukum. Mereka sangat runut berurusan dengan tekstual, juga lisan.

Belajar dari hakim ketua yang membacakan vonis hukuman itu, lalu aku mulai membiasakan diri membaca nyaring (dengan bersuara), setidaknya disiplin pribadiku adalah, minimal membaca tiga sampai lima halaman buku novel disukai. Aku selalu lebih suka membaca buku yang mudah dicerna, itu memudahkan apapun dalam hal apapun. Serta lebih runut dalam menyampaikan suatu permasalahan.

Dalam tulisan ini, aku hanya ingin bilang, jika anda merasa galau atau gugup dalam berbicara, membaca bukulah secara nyaring dua atau tiga halaman setiap hari, di dalam kamarmu sendiri. Itu pernah aku lakukan dan sampai sekarang pun, saat aku galau, masih aku lakukan. Hasilnya sekarang inilah cara bicaraku, sudah seperti orang yang aku inginkan. Aku punya panutan, tetapi aku tidak mau menyebutkannya. Takut kalau-kalau aku meniru gayanya. Aku selalu berprinsip jadilah diri sendiri. Begitulah aku saat ini.

Kalau masih ragu. Cobalah membaca buku sambil telingamu mendengarkan musik yang betul-betul kamu sukai. Itu juga pernah dan sering aku praktekan. Kamu atau siapapun akan mendapatkan dorongan positif dan energi yang bagus, serta emosi positif untuk menuntunmu menjadi orang yang lebih percaya diri.

Dalam buku Pernafasan untuk Kesehatan itu (*), memang dianjurkan agar tidak merokok. Tetapi lihatlah sebagian orang yang pandai berbicara, menyukai rokok. Jadi tidak usah dipersoalkan mengenai pandai berbicara dengan merokok atau tidak. Itu semua tidak ada hubungannya sama sekali. Karena pada pokoknya, orang yang lebih banyak bersuara itu mengeluarkan racun dalam paru-parunya, sehingga akan timbul udara baru yang masuk ke paru-paru, dan memompa jantung. Hasilnya, yang tadinya punya mental menciut, justru malah akan kembali bersemangat. Itu adalah suplemen alami manusia, sama persis setelah minum air yang menyehatkan akan kembali segar. Begitupun dengan bersuara. Ayo! Mana suaramu! Bukankah kita sering mendengar, ada kalimat begitu ketika banyak yang diam?.

Jadi apakah anda masih ragu dengan membaca nyaring? Contoh lainnya orang-orang yang lancar dan pandai bicara, diantaranya adalah penyiar radio, pembaca berita televisi, MC atau Master off Ceremony dan para mahasiswa yang orasi sewaktu demo. Mereka itu berani, karena telah berlatih dan melatih diri dalam bacaan dan hafalan yang sengaja dinyaringkan. Tentu saja, dampak dari membaca nyaring, maka hasilnya akan terlihat dari berbicara yang pandai dan lancar serta penuh argumentasi.

Itu sama dengan latihan menulis. Bagi pemula, menulis satu paragraf saja lamanya bukan main. Tetapi bagi seseorang yang sudah biasa menulis secara runut, maka menulis satu halaman A4 saja, bisa selesai dalam hitungan menit. Aku sendiri bisa menyelesaikan satu tulisan dengan maksimal delapan alinea dalam waktu 10 sampai 13 menit. Dulu, sewaktu jadi wartawan selama satu minggu, satu berita itu, aku hanya dapat menyelesaikan mengetiknya dalam waktu empat jam. Dapat dibayangkan bagaimana perbedaannya sekarang ini. Teori yang sama bisa digunakan untuk berbicara pandai, berbicara lantang dan tidak gugup ketika berbicara. Solusinya yakni perbanyak membaca, berlatih membaca buku dengan bersuara, secara nyaring. Kalau orang sudah berlatih dan menjadi terbiasa ngomong, orang akan terbiasa bicara lisan.

Membaca nyaring di dalam kamar sendirian, dengan pintu tertutup, sambil membayangkan banyak orang yang melihatmu membaca dan berbicara, akan membuat keyakinan dan kepercayaanmu bertambah. Tidak ada masalah dengan cara berbicaramu, sehingga sadar atau tidak, alam bawah sadarmu telah membuatmu semakin mudah untuk bicara, itu sama dengan kebiasaan berlatih menulis.

Alah bisa karena terbiasa. Aku menggunakan rumus ini, sederhana saja, just do it. Bergerak dan jalani saja. Rumusnya adalah baca buku nyaring. Orang akan lebih memperhatikanmu, ketika kamu berbicara dengan penuh argumen, bahasanya enak dengan diksi kalimat yang elegan. Dengan membaca secara bersuara, aku menjadi lebih dewasa.

****** Penulis juga Pecinta Bacaan. Pengelola TBM, Aktifis Forum Lingkar Pena (FLP) Majalengka

Daftar Pustaka
Usin, Jos. 1984. Pernafasan untuk Kesehatan. Cetakan ke 6
* Hal. 120 dengan judul artikel : Jika Ingin Menarik, Perbanyak Membaca. Ditulis oleh Josis Siswojo.

Comment here