EKONOMITravelWISATA

Tahun 2024 Bibit Kurma di Nanggewer Sukahaji Dipastikan Berbuah dan Siap Panen

Pohon Kurma Berkarakter Rakus, Hidup Ketika Kemarau Panjang dan Melimpah Air, Akarnya Menancap Lurus ke Bawah

MAJALENGKA – macakata.com – Tepatnya bulan Agustus 2019 lalu, bibit pohon kurma yang dirawat dan ditanamnya, selama 4 sampai 5 tahun-an, di Blok Selasa Desa Naggewer Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka Jawa Barat berbuah. Peristiwa yang langka, mengingat pohon Kurma meski tumbuh di tanah tropis jarang-jarang yang bisa berkembang lantas berbuah dan bisa dipanen.

Panen Kurma perdana tersebut memang sudah berlalu. Tapi soal pembibitan dan rencana perkebunan yang digagas oleh Bapak Haji Suryanata, atau akrab dipanggil Bapak Dewi (nama anaknya) ini nyata adanya. Panen selanjutnya dipastikan akan dipetik pada tahun 2024-2025 mendatang‎.

“Sebetulnya setiap tahun bisa berbuah, tapi itupun tergantung situasi. Bulan lalu ada beberapa yang sudah berbuah. Dan laku keras,” ungkapnya, saat ditemui di lokasi pembibitannya, di blok Selasa Desa Nanggewer, Jumat 25 Oktober 2019.

Pria berusia 42 tahun ini mengawali menanam dan mengulik tanaman kurma, sehingga dapat berbuah layaknya di tanah gurun. Animo atau pandangan masyarakat yang selalu menanyakan apa mungkin pohon kurma bisa berbuah di lokasi Naggewer Sukahaji-Majalengka? Pertanyaan sederhana tersebut terus memicunya untuk kemudian menuai hasilnya.

“Sudah beberapa tahun saya menggeluti pembibitan. Khusus Kurma, saya tekuni sejak 6 tahun lalu. ‎Awalnya saya mengolah bibit jeruk sejak tahun 2004 lalu.” ungkapnya.

Kurang lebih, rencana perkebunan miliknya dengan 300 bibit tanaman kurma siap dipanen pada 2024 mendatang. Rata-rata, pohon kurma yang ditanamnya akan berbuah setelah empat atau lima tahun.

“Kalau soal berbuah yang menjaminnya bukan saya, tapi yang maha Kuasa, Allah SWT. Hanya saja, saya di sini telah membuktikannya. Dan memang telah berbuah. Banyak yang memesan bibit kurma ke saya. Al-hamdulillah.” ungkapnya.

Bapak Dewi menambahkan bibit pohon Kurma ini memang sengaja menyasar masyarakat kelas menengah ke atas. Bahkan Sepekan yang lalu, ia baru saja mengirimkan seratus bibit tanaman kurma ke wilayah Kalimantan dan Sulawesi.

“Tapi saya pastikan, di sini sentra pembibitannya. Perkebunan masih dirancang.” ungkapnya.

Diiringi dengan hobi, Bapak Dewi ini terus menekuni Budidaya pohon Kurma sejak tahun 2013 lalu. Ia belajar secara autodidak, awalnya kenalan dengan orang Madinah, yang bijinya sengaja dibawa olehnya, lantas dikembangkan di Desa Nanggewer dan Weragati.

“Saya belajar autodidak, kenal dan komunikasi dengan orang Arab. Bijinya langsung dari Madinah. Secara keseluruhan, ada beberapa jenis kurma yang tumbuh di sini, yakni ‎Kurma Ajwa, Barhi, Majol, Safawi, Ka Elwan (Thailand),  Thowil, Sukari dan Barni,” ungkapnya.

Menurutnya, menanam dan merawat pohon Kurma tidaklah sulit. Karena pohon Kurma merupakan karakter pohon atau tanaman yang paling bisa hidup dalam kondisi kemarau panjang maupun sering hujan.

“Karakteristik pohon Kurma itu rakus. Tapi dia juga kuat tanpa disiram. Akarnya bisa mencari sumber air dalam tanah. Lihat saja di gurun, bisa tumbuh. Tapi kalau banyak hujan, tak masalah, pohon Kurma tetap baik-baik saja.” ungkapnya.

Bahkan, pohon kurma sangat baik untuk program penanganan abrasi dan longsor, mengingat akarnya yang terus tumbuh ke bawah. Bahkan, jika dibandingkan dengan tumbuh kembang daunnya, akarnya bisa lebih panjang daripada daunnya.

“Uniknya di situ. Akar pohon Kurma itu tidak tumbuh ke samping, tapi tumbuh terus ke bawah.”

Bahkan, lanjut pria berusia 42 tahun ini, di negara Arab, pohon Kurma yang sudah terlalu tinggi, bisa dicangkok secara alami. Caranya, di ujung puncak batang pohon, kulit pohon kurma dikelupas, sama seperti ketika mau dicangkok. Lantas setelah dikupas dibalut dengan tanah dan dibiarkan hingga tumbuh akarnya.

“Setelah akarnya tumbuh kuat, barulah pohon Kurma itu ditebang, sekaligus ditanam di titik itu juga. Batangnya dibuang. Si akar yang sudah tumbuh ditanamkan ke tanah. Itu cara orang Arab, untuk menghindari pohon Kurma yang terlalu tinggi,” ungkapnya.

‎Saat ini, Pak Dewi mempunyai sekira  250 pohon yang ditanam di area perkebunan seluas satu hektar. Ia memang tidak memaksakan orang untuk berjualan atau membeli bibit kurma miliknya, hanya saja ketika ada yang datang ke tempatnya, ia jelaskan tentang situasi pohon Kurma tersebut.

“Kalau ada yang berminat, biasanya datang ke sini. Ada juga yang via telpon. Tapi saya jelaskan situasinya, tentang kemungkinan berbuah yang biasanya akan berkembang pada usia 4 sampai 5 tahun, setelah ditanam dan dirawat. Serta, saat ini belum ada yang berbuah, kalau yang berkembang ada tapi itu pun masih sedikit,” ungkapnya.

Sementara dilihat dari ukuran tanaman bibit Kurma, pak Dewi membanderol harga termurah Rp. 100 ribu hingga 2 juta untuk ukuran Polybag. Sementara jika sudah berbuah, maka pohon kurma bisa lebih mahal lagi.

“Kalau yang sudah berbuah kita jual 15 juta. Tapi saya tegaskan bulan Oktober ini, belum ada yang berbuah.” ungkapnya.

‎Berbicara tentang pohon Kurma, soal pembibitan Kurma yang bisa berbuah memang di Nanggewer-lah tempatnya. Ia mengklaim soal pembibitan Kurma yang bisa berbuah merupakan satu-satunya di Indonesia. Tapi jika soal perkebunan, itu ada di wilayah lain.

“Penggiat Kurma untuk pembibitan ya di sini. Tapi kalau perkebunan ada di Aceh. Kiblat pembibitannya ya di sini. Saya mengadopsi ‎sistem Polinisasi atau perkawinan, memanfaatkan penyerbukan antara jantan dan betina.” tandasnya.

Pecinta Tanaman Kurma lainnya, yang ditemui di lokasi pembibitan, Eddy Sumantri mengatakan dirinya merasa bangga karena wilayah Sukahaji, berikut Kecamatan Palasah kini punya ikon baru kebanggaan, yakni soal pembibitan Kurma yang berhasil panen buah.

“Tentu ikut berbangga. Majalengka, tambah satu orang lagi, berprestasi dalam pembibitan pohon Kurma yang bisa berbuah.” ungkapnya. ( Acil)

Pemesanan pohon Kurma bisa melalui kontak Hp/WA : 085 321 194 286

Comment here