BUDAYAKULINERTravelWISATA

Wisata Durian, Petik Langsung dan Makan di Bawah Pohonnya

Kabid Destinasi Wisata dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat Mencicipi Langsung Durian Bantaragung, Didampingi Kadisparbud Majalengka dan Kepala Desa

MAJALENGKA – macakata.com – ‎Bulan November hingga Februari mendatang merupakan musim durian di Desa Bantaragung Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka Jawa Barat. Berburu dan menyantap langsung buah yang lembut dan harumnya menusuk hidung itu, memang sangat nikmat dimakan langsung pada saat itu juga, setelah dipetik dari pohonnya.

Sensasi makan durian asli di Desa Bantaragung Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka ‎ini merupakan momen pengalaman yang sulit dilupakan. Itulah yang kemudian disarankan oleh Kepala Bidang Destinasi Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Majalengka, Iwan Priatna saat berkunjung langsung ke Bantaragung, Kamis 28 November 2019.

“Luar biasa Bantaragung ini. Selain keindahan alam yang tak bosan dipandang mata, juga ada duren dengan ciri khas ‎tertentu. Di sini ada duren si Batre dan Duren Karuhun, manis legit dan harum,” ungkapnya, sambil menicicipi duren si Batre bersama Kadisparbud Majalengka dan Kuwu Desa Bantaragung, Kamis (28/11).

Iwan menambahkan pihaknya memberikan motivasi langsung kepada Disparbud (Pemda Majalengka) bersama Pemerintah Kecamatan dan Pemdesnya, untuk mengkonsep kembali gelaran Festival Duren di wilayah Sindangwangi.

“Hanya saja, konsepnya itu begini, Wisata Duren pengunjung datang diajak ke kebunnya, silakan petik sendiri atau didampingi petaninya, pada saat itu langsung dibuka dan dimakan di bawah pohonnya. Itu akan lebih berkesan, dan pengalaman yang penuh edukatif sulit dilupakan,” ungkapnya.

Iwan juga menyarankan agar memperbanyak homestay/penginapan untuk menampung pengunjung luar daerah. Alasannya, pengunjung pastinya akan merasa kelelahan dan sudah selayaknya disediakan penginapan namun bentuknya homestay.

“Pejabat dan orang kaya, kini sudah bosan menginap di hotel. Mereka ingin suasana baru, tinggal di rumah penduduk, menginap di homestay. Kayaknya bagus tuh jika disatupaketkan dengan festival duren,” tandasnya.

Kepala Desa Bantaragung, Maman Surahman mengatakan ‎mayoritas warga di desanya 70 persen adalah petani durian. Di Bantaragung itu hanya ada dua varietas duren, yakni Duren Karuhun dan Duren si Batre. Pihaknya meyakini bahwa kedua duren itu mempunyai keunggulan dan lebih istimewa dengan duren si Montong.

“Duren si Batre itu rasanya lebih manis legit daripada duren si Montong. Besarnya hampir sama dengan duren si Montong. Sedangkan duren Karuhun lebih kecil, tapi dagingnya manis.” ungkapnya.

Maman menambahkan ‎duren merupakan tanaman endemik yang sudah turun temurun dilestarikan warganya. Bantaragung sebetulnya ikut andil dalam menyuplai jajakan duren di pinggir jalan Sinapeul-Rajagaluh-Sindangwangi.

“Duren yangh dijual di pinggir jalan Sinapeul itu, salah satunya kami dari Bantaragung yang menyuplainya. Sekarang masyarakat sudah semakin sadar‎. Terutama bulan November sampai bulan Februari mendatang, di sini panen duren.” ungkapnya.

Maman menjelaskan bahwasanya nyaris setiap rumah di halaman depan, samping dan belakang rumahnya sedikitnya ada lima hingga 15 pohon duren. Sementara satu pohon dengan usia 6 tahun lebih yang sudah mulai berbuah terdapat 10 duren lebih.

“Alhamdulillah berkat wisata alam Curug Cipeuteuy dan Ciboer Pass, semakin terkenal Bantaragung, masyarakat sini semakin semangat meletastarikan durian.”ungkapnya.

Hal senada diungkapkan Kadisparbud Majalengka, H. Gatot Sulaeman mengatakan pihaknya juga mendorong supaya masyarakat di Desa Bantaragung Sindangwangi ini tetap melestarikan dan bercocok tanam sealami mungkin. Saat ini pihak pemkab Majalengka sedang mengajukan ke FAO. Pihaknya juga menyarankan agar di wilayah wisata menjadi lahan abadi.

“Harus dijaga supaya jangan terlalu banyak pembangunan. Soal durian Bantaragung, memang punya keunggulan dan rasa yang khas, enak pisan,” pungkasnya. ( Acil)

Comment here