PENDIDIKAN

Usulan Kebijakan Sekolah 3 Hari Disambut Positif

Foto : Ilustrasi

MAJALENGKA ‎- macakata.com – Usulan Kak Seto kepada menteri pendidikan Republik Indonesia, Nadiem Makarim, supaya memberlakukan sekolah cukup tiga hari saja dalam seminggu disambut positif para orangtua. Namun, usulan tersebut masih menimbulkan prokontra, dengan alasan tak semua siswa cocok dengan durasi belajar yang pendek. Sebagian malah tetap ada yang enjoy dengan sistem full day school dengan manajemen yang terarah.

Alasan sejumlah orangtua siswa mengatakan, yang memilih setuju dengan usulan belajar tiga hari dalam sepekan itu, mengingat terlalu banyak pengeluaran untuk bekal berangkat ke sekolah. Alasan lainnya, siswa kerap dibekali pekerjaan rumah (PR) setiap kali pulang dari sekolah, yang ujung-ujungnya orangtuanya-lah yang mengerjakanya.

“Saya setuju banget dengan sekolah cuma tiga hari dalam seminggu. Bukan apa-apa, di rumah, saya suka mengajari dan mengenalkan pengetahuan kepada anak-anak. Dan itu lebih enjoy.” ungkap beberapa orangtua.

Orangtua siswa lainnya juga sependapat, pekerjaan rumah yang dalam tanda kutif dibebankan kepada para siswa, diakuinya lebih banyak madlorotnya dan dianggap sebagai hukuman.

“Namun, kenyataannya, pekerjaan rumah tersebut malah orangtuanya yang mengerjakannya. Sehingga, ketika ada rencana sekolah tiga hari. Bagi saya itu wacana yang bagus. Karena kami sebagai orangtua bisa lebih menyelaraskan antara belajar di sekolah dengan belajar di rumah.” ungkapnya.

Orangtua siswa di wilayah Majalengka, Winarsih mengatakan dirinya pun sepakat dengan usulan Ketua LPAI tersebut, bahwa sekolah tiga hari dalam sepekan lebih bisa diterima. Selama ini, menurutnya, sekolah tetap sangat penting untuk perkembangan motorik, mental, psikologi, sosial maupun pengetahuan.

“Hanya saja, terkadang, tugas-tugas dari sekolah, sebagian memberatkan siswa. Peranan orangtua di rumah tetap harus memolesnya. Tiga hari sekolah, berarti tiga hari di rumah, sementara hari Minggu untuk berlibur itu akan menyelaraskan antara belajar dari orang lain dalam hal ini guru, dengan belajar bersama orangtua yang telah melahirkan dan mendidiknya lebih dulu dari sekolah,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, psikolog Majalengka, Meina Shamullaeli mengatakan usulan sistem pendidikan yang memberlakukan tiga hari sekolah dalam sepekan‎ tidak bisa menjadi ukuran standar atau generalisasi semua anak. Alasannya, setiap anak berbeda-beda dalam menerima sesi pembelajaran.

“Memang, pada realitanya sebagian siswa atau anak, ada yang siap dan enjoy dengan sistem full day school, sebagian lainnya memang ada anak yang nyaman dengan durasi pendek menerima pembelajaran. Di sini yang terpenting adalah soal guru dan pendidiknya yang harus lebih bijak. Full day school dan atau tiga hari sepekan sah-sah saja. Yang penting kuncinya siswa harus enjoy,” ungkapnya.

Meina menambahkan sebetulnya bagus tidaknya tergantung pada proses dan kebutuhanya. Ada sekolah yang fullday juga, namun isinya menyenangkan. Kemudian menggali bakat minat siswa hasilnya bagus.

“Namun juga ada siswa-siswa yang memang hanya memerlukan sekolah dengan durasi pendek, karena memang setiap anak istimewa,” tandasnya. ( Acil )

Comment here